Kamis

Menyikapi Anak Berbohong


Kenapa anak berbohong?

Anak yang berbohong biasanya memiliki alasan sendiri. Orang tua dan pendidik harus cari tahu alasannya, agar tahu pula apa yang harus dilakukan. Ada beberapa alasan yang biasanya menyebabkan anak berbohong.

Pertama, meniru ‘model’ dalam lingkungannya. Model ini bisa orang tua, saudara, teman, guru, pengasuh dan lain-lain. Bila ibu seringkali menghindari tamu atau telepon dengan mengatakan ‘Tolong kasih tau ya, ibu lagi tidak ada di rumah !’, sementara sang ibu tidak pergi kemana-mana, maka anak akan meniru kebohongan sebagai sebuah ‘kebolehan’.
Kedua, demi menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Biasanya berupa hukuman atau penolakan orang tua.
Ketiga, untuk mencari perhatian. Untuk mendapatkan perhatian orang tua atau orang-orang yang ada disekitarnya, anak terkadang menciptakan tindakan ‘hero’ yang ia lakukan, mesti ia tidak melakukannya.
Keempat, mempertegas kesan karena labelling. Anak yang kerap dijuluki ‘si pembohong’, ‘tukang bohong kamu…’, dll, justru akan bertindak sesuai julukannya (labelnya). Ia seolah membuktikan bahwa label itu memang benar.
Kelima, demi mendapatkan keuntungan. Misalnya, dengan mengatakan uang jajannya hilang, anak berharap mendapat tambahan uang jajan.
Keenam, takut dimarahi karena gagal memenuhi harapan orang tua. Misalnya, anak berbohong tentang nilai ulangan matematikanya yang mendapat angka enam karena ayah selalu mengatakan, “Nanti kalau ulangan harus dapat nilai sepuluh ya !”.
Apa yang harus dilakukan

Kadangkala anak sulit berkata jujur karena alasan-alasan diatas. Karena itu bantulah anak mengatasi situasi sulit saat ia mau mengakui kesalahannya. Orang tua bisa meminta anak menceritakan tahapan kejadian. “Ibu mau tahu semua yang terjadi, dari awal sampai selesai”. Pada bagian yang ‘mencurigakan’, lontarkan pertanyaan ringan dengan santai, bukan dengan menuding. Dengan demikian, anak mencium kecurigaan Anda, dan terbantu untuk menyadari dimana letak kesalahannya.
Satu hal yang paling penting, bila orang tua menghendaki anak menghargai kejujuran, hal itu harus dimulai dari diri orang tua sendiri. Tetapkan standar yang sama tentang kejujuran. Kalau anak sering mendapati orang tuanya ‘berbohong’, anak pun tak merasa perlu berlaku jujur.
Mensosialkan nilai kejujuran bisa melalui cerita pengantar tidur atau lewat berdiskusi bersama untuk anak yang sudah agak besar. Katakan bahwa suasana yang positif seperti saling menghargai dan saling mempercayai berawal dari kejujuran. Banyak pula cerita yang dapat mendukung, seperti cerita tentang anak yang suka berbohong, sehingga akhirnya tidak dipercayai oleh siapapun.
Satu hal yang perlu dihindari orang tua yang mendapati anaknya berbohong adalah memberikan hukuman secara berlebihan. Sebab hukuman yang berlebihan justru akan mendorong akan untuk berbohong kembali. Melalui latihan dan pengalaman, bantulah anak untuk menyadari bahwa berbohong tidak menyenangkan. Selain cenderung tak berhasil, akibat berbohong pun tak menyenangkan. Jika ia berlaku jujur, maka konsekuensi buruk akan berkurang. Katakan pada anak, misalnya jika berbohong hukuman bisa menjadi lebih berat.
Terakhir, jangan lupa berikan kepercayaan pada anak. Anak yang mendapat kepercayaan orang tua akan merasa aman. Rasa aman ini membuatnya tidak perlu ‘mengarang’ cerita atau ‘memfitnah’ orang lain untuk menutupi kesalahan atau kelemahannya. Bilamana anak merasa aman dan nyaman untuk berkata jujur pada orang tuanya, ia akan meninggalkan tindakan berbohong dari perilaku sehari-harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Quality advertising. Big traffic. Increase sales. Promote your website. Advertise your product to shoppers.