Senin

KESELAMATAN KECELAKAAN KERJA (K3) DALAM INDUSTRI PLASTIK


A. Pengertian plastik
Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul- molekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang dengan struktur yang kaku. Plastik merupakan senyawa sintesis dari minyak bumi (terutama hidrokarbon rantai pendek) yang dibuat dengan reaksi polimerisasi molekul- molekul kecil (monomer) yang sama , sehingga membentuk rantai panjang dan kaku dan akan menjadi padat setelah temperatur pembentukannya. Plastik memiliki titik didih dan titik beku yang beragam , tergantung dari monomer pembentuknya. Monomer yang sering digunakan adalah etena (C2H4), propena(C3H6), styrene(C8H8), vinil klorida, nylon dan karbonat (CO3). Plastik merupakan senyawa polimer yang penamaannya sesuai dengan nama monomer nya dan diberi awalan poli-. Contohnya, plastik yang terbentuk dari monomer- monomer propena, namanya adalah polipropilena. Hampir semua plastik sulit untuk diuraikan. Plastik yang memiliki ikatan karbon rantai panjang dan memiliki tingkat kestabilan yang tinggi, sama sekali tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.

Secara kimiawi, plastik adalah polimer yang memiliki tingkat kestabilan yang cukup tinggi, sehingga tidak mudah rusak. Maka dari itu jika plastik tertimbun di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama, plastik tidak akan rusak. Berbeda jika plastik berada pada daerah yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung dan terkena hujan, maka lama-kelamaan plastik akan menjadi lapuk, sehingga plastik dapat terurai. Oleh karena itu, dalam perusahaan ini tidak ada istilah pembuatan, melainkan pengolahan. Karena secara struktur kimiawi tidak terdapat perubahan, yang terjadi hanya perubahan bentuk saja.
B.  Cara pembuatan plastik
Dalam proses pembuatan plastik, plastik yang semula berupa biji atau potongan-potongan kecil dilelehkan, kemudian keluar dari mesin sudah berbentuk lingkaran. Lingkaran yang kontinyu (terus menerus) akan membentuk suatu silinder. Silinder inilah yang akhirnya menjadi plastik, dengan cara ditambahkan angin dan ditarik agar memiliki ukuran dan ketebalan sesuai dengan yang diinginkan.
Secara teknis keluar dalam bentuk lingkaran lalu di dalamnya ditambah angin supaya posisi bentuk balonnya tetap. Jika tidak ada angin di dalamnya, otomatis balon mudah goyang dan dapat terjadii ukuran yang berbeda karena tidak ada yang menstabilkan. Maka dari itu untuk menstabilkan balon, di dalamnya harus ditambah angin, sehingga ukuran sudah pasti tetap, kecuali jika terjadi kebocoran.
Warna dasar plastik adalah bening. Jika ada plastik yang berwarna-warni (merah, kuning, hijau, biru) itu disebabkan karena ada pewarna di dalamnya. Pewarna khusus untuk plastik berbentuk seperti biji. Secara balancing, 1kg bahan baku akan menjadi 1 kg plastik. Hanya, dalam proses produksi tidak mungkin 100% menjadi barang jadi. Pasti akan ada barang yang rusak atau tercecer. Dalam proses produksi tidak ada pencampuran zat kimiawi. Oleh karena itu perusahaan ini tidak memiliki laboratorium untuk pengembangannya. Perusahaan ini memakai metode uji coba langsung pada mesin.
C. Keselamatan Kecelakaan Kerja (K3) dalam industri plastik
Keselamatan kerja merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam dunia industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional.kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja.kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman dapat berakibat luka-luka, pada pekerja, penyakit, cacat bahkan kematian, harus diperhatikan agar efisiensi dan produktivitas kerja tidak menurun.
Perhatian dan kesehatan pada keselamatan kerja bertujuan
1.      Mengontrol semua resiko dan potensi kecelakaan yang menghasilkan kecelakaan dan kerusakan
2.      Mencegah kecelakaan
3.      Mencegah kerugian harta benda dan nyawa
4.      Kerugian bagi perusahaan
Kecelakaan keselamatan kerja (k3) dalam industri plastik biasanya perusahaan mencoba memberi fasilitas-fasilitas supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Contohnya adalah penggunaan masker, sapu tangan, sepatu boots, kacamata, dan lain-lain. Untuk konstruksi ruangan, dibuat ventilasi yang sedemikian lebar, sehingga sirkulasi udara diharapkan lancar. Perusahaan mempertimbangkan, jika sampai terlalu banyak angin, akan berpengaruh pada proses produksi. Selain ventilasi ada pula jelagar turbo ventilator dan juga blower penghisap. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik adalah limbah padat yang berupa pasir dan limbah cair yang berasal dari sisa proses pencucian. Limbah padat tadi akan dibuang ke TPA. Sedangkan limbah cairnya dibuang ke sungai pada saat aktivitas orang di sungai telah habis. Pengujian ph limbah air menunjukkan bahwa air mengandung asam, karena ph-nya di bawah 7. Selain itu diadakan pula pengujian COD, BOD, dan TSS. TSS merupakan material padat yang tersuspensi di dalam air. Semakin besar TSS maka air akan semakin keruh.
Rata-rata kecelakaan yang terjadi di perusahaan industri plastik diakibatkan oleh kecerobohan dan missunderstanding karyawan. Salah satu contohnya adalah kejatuhan roll dan terjepit roll. Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan, getaran, radiasi, dan tempratur ekstrem. Faktor-faktor ini penting diperhatikan di dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara komulatif. Tekanan panas di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara faktor iklim: suhu udara, kelembaban, radiasi dan kecepatan angin dan faktor non-iklim :panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi (Widarto, 1991). Pencegahan terhadap tekanan panas (Phoon, 1988 ), antara lain: Aklimatisasi. Di negara tropis tidak menjadi kesulitan dalam menghadap heat stress, bukan berarti tenaga kerjanya kebal terhadap paparan panas. Aklimatisasi dapat dilakukan dengan menanggalkan pakaian kerja yang terbuat dari bahan tidak berpori,melonggarkan pakaian agar udara banyak masuk.Ventilisasi yang cukup sehingga terjadi sirkulasi udara dalam ruang kerja. Cukup mengkonsumsi air dan garam. Isolasi antara sumber panas dan tenaga kerja.
Syarat Kesehatan :
Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2.5 meter. Bila suhu udara >30 perlu menggunakan alat penata udara seperti AC, kipan angin, dll
Bila Suhu udara luar < 18 ÂșC perlu menggunakan pemanas ruangan Bila kelembaban udara ruang kerja > 95% perlu menggunakan alat dehumidifier Bila kelembaban udara ruang kerja < 65% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol)
Kebisingan di Ruangan
Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki yang menimbulkan
berbagai macam gangguan, yaitu: gangguan pendengaran, fisiologis, komunikasi,
performance, gangguan tidur dan psikologis (Pramudianto, 1991).
Pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Kebisingan sebesar 85 dB(A)
untuk lingkungan kerja yaitu suatu iklim kerja yang oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidaklebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu. Waldron (1989) menyatakan bahwa kebisingan dapat dikontrol melalui :
Pengendalian pada sumber kebisingan.
1.      Meningkatkan jarak antara sumber dan penerima kebisingan
2.      Mengurangi waktu paparan kebisingan.
3.      Menempatkan barrier antara sumber dan pekerja yang terpapar.
4.      Pemakaian alat pelindung telinga (ear muff, ear plug).
Syarat Kesehatan :
Tingkat kebisingan dalam ruang kerja sesuai persyaratan yang ditetapkan. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain : meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok, pembuatan bukit buatan dan lain-lain, maupun rekayasa peralatan (engineering control)
Nilai Ambang Batas :
Sumber kebisingan di industri, dapat dihasilkan oleh heater, mesin produksi dan segala sistemnya, mesin daur ulang, suara mesin, alat/mesin bertekanan tinggi, pengelolaan material. Di pabrik plastik, sumber kebisingan yang paling mendominasi berasal dari ruang daur ulang. Paparan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan kesehata Efek kebisingan terhadap kesehatan
Faktor Kimia
Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah hazard kimia mempunyai permasalahn yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian khusus. Hal ini karena hazard kimia disamping jumlahnya yang beredar di sektor industri sangat banyak, maka pengaruhnya terhadap kesehatanpun sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, luka, alergi, smapai menimbulkan penyakit, malah dalam konsentarsi tertentu bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.
Gas Pencemar
Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri, melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan tekanan yang tinggi. Gas pencemar itu sendiri berarti gas yang mencemari udara, dan menyebabkan beberapa gangguan kesehatan pada manusia.
Syarat Kesehatan :
Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local exhauser dan dilengkapi dengan filter penangkap gas melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas dilengkapi dengan suplai udara segar
Keadaan di Pabrik :
 Sumber gas-gas pencemar pada pabrik plastik terdapat pada : proses pembakaran (gas CO, NO, HC), proses peleburan, proses pembuangan limbah (gas methan dan H2S). Pada sumber tidak dipasangya hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local exhauser dan dilengkapi dengan filter penangkap gas. Pabrik menyediakan turbin ventilator sebagai suplai udara segar dalam ruangan. Pabrik juga menyediakan fasilitas blower penghisap, yang nantinya menyerap semua gas pencemar dalam ruangan dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara bagi masyarakat sekitar yaitu
gangguan kesehatan , tergantung dampak dan konsentrasi paparan pada tubuh manusianya, dan dampak terhadap globalnya yaitu kerusakan lapisan ozon yang menyebabkan pemanasan global.
D.    Bahan-bahan kimia penyebab penyakit pada industri plastik
Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai salah satu ciri kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis dan nyaman. Namun, beberapa laporan ini menguak sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetis.
Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000). Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
 Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC (Awang MR, 1999).
 DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati (Awang MR, 1999). Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita berhati-hati. Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih aman bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta). Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk dikonsumsi. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).
 Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita membakar bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita (Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini justru dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida.
 Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengkonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan. Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.
 Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
 Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia. Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.
 Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak. Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar kita lakukan (atau mungkin karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita lakukan apabila kita hendak memakan suatu makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan terkotori oleh minyak dari gorengan tersebut, maka kita melapisi makanan tersebut dengan kertas tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam kesehatan kita. Kenapa bisa begitu? Ternyata, zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih putih bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas atau berlemak.
Sebagian plastik mengandung Bisphenol-A yang bisa merusak hormone. Berbagai penelitian telah menghubungkan Bisphenol-A dengan dosis rendah dengan beberapa dampak terhadap kesehatan, seperti perubahan permanen pada organ kemaluan, meningkatkan kadar prostat, penurunan kandungan hormon testoteron, memungkinkan terjadinya kanker payudara, sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap hormon dan kanker, dan membuat seseorang menjadi hiperaktif.
Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi. University of Missouri telah melakukan tes laboratorium mengenai penggunaan Bisphenol-A pada botol susu bayi dan menemukan bahwa Bisphenol-A pada produk botol susu bayi plastik dari 5 merek terkemuka di Amerika, sangat berpotensi untuk ikut larut dalam cairan. Menurut laporan ini, kelima merk botol susu bayi yang masih dipersoalkan adalah Avent, Dr. Brown’s, Evenflo, Gerber dan Playtex.
Kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah (membutuhkan waktu antara 100 s/d 500 tahun, memberikan akibat antara lain: Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah mencemari tanah dan air  sehingga akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.  Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. Plastik menghalangi sirkulasi udara tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang meyuburkan tanah. kantong plastik yang ringan akan mudah diterbangkan angin ke tempat yang tidak semestinya (ke laut atau selokan). Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
E.  Tekhnologi pengolahan limbah plastik
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu.
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
Tahapan proses daur ulang digolongkan menjadi 2 bagian besar, yaitu:
1.      Bagian proses sortir bahan baku yang menggunakan tenaga manusia.
2.      Bagian proses yang menggunakan mesin.
Proses daur ulang merupakan kebalikan dari proses produksi. Tetapi secara prinsip prosesnya sama, yaitu dengan cara dipanaskan lalu dicetak. Di bawah ini merupakan proses daur ulang plastik :
1.   Sortir
Merupakan proses pemisahan yang pertama kali dilakukan. Pada proses ini dilakukan pekerjaan untuk memisahkan bahan baku yang datang dan membuang material / benda asing yang tidak diharapkan masuk ke dalam proses.
2.   Pemotongan
Proses ini dilakukan untuk mengurangi ukuran material dan mempermudah proses selanjutnya, dengan cara memotong atau merajang plastik dalam bentuk asalnya (kantong atau lembaran plastik)
3.   Pencucian
Tujuan dari pencucian adalah agar tidak mengganggu proses penggilingan. Terdiri dari 2 tahap, yaitu: P rew a sh i n g (Untuk memisahkan material-material asing terutama agar tidak ikut dalam proses selanjutnya dengan menggunakan media cair sebagai sarana untuk mencuci material dan membawa material asing keluar dari proses)  Pencucian Tahap 2 Pada bagian ini dilakukan pencucian menggunakan mesin friction water. Materi dicuci kembali oleh ulir menanjak yang berputar pada putaran tinggi sehingga hasil dari friksi dapat melepaskan material asing yang masih terdapat pada bahan, dimna bagian ini masih menggunakan media air untuk membawa material asing keluar dari proses.
4. Pengeringan
Dilakukan secara mekanik yaitu dengan memeras material dengan gerakan memutar sehingga air dapat keluar. Dengan menguapkan air pada suhu tertentu agar bahan benar-benar terbebas dari suhu yang melekat.
5. Pemanasan
Material yang telah bersih dari pengotor dilelehkan dengan proses pemanasan material pada suhu 2000 derajat celcius, dimana suhu panas dihasilkan oleh heater. Selanjutnya lelehan dialirkan untuk menuju proses penyaringan.
6. Penyaringan
Dilakukan dengan lembaran besi yang dilobangi sebesar kira-kira 4mm di seluruh permukaannya. Diharapkan lelehan plastik akan melewati saringan ini untuk menghasilkan lelehan plastik berbentuk silinder panjang yang nantinya akan dipotong-potong.
7. Pendinginan
Setelan berbentuk silinder, material dilewatkan pada air dingin sebagai media pendingin.
8. Pencetakan/penggilingan
Pencetakan bijih plastik dilakukan dengan membentuk lelehan plastik menjadi berbentuk mie
dengan diameter 4 mm.
9. Pembungkusan dan Pemeriksaan
Dilakukan pembungkusan terhadap material kering dalam karung plastik. Pemeriksaan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan baik tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan kantong plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah dengan memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur ulang (recycle), serta perlu regulasi dari pemerintah untuk meredam semakin meningkatnya penggunaan plastik.

1 komentar:

Quality advertising. Big traffic. Increase sales. Promote your website. Advertise your product to shoppers.