Kamis

Udara dan Interaksi Manusia


Udara
Udara merupakan campuran gas yang menyelimuti dan terikat pada bumi karena adanya gaya grafitasi. Udara terdiri dari beberapa gas. Jumlah gas terbanyak di atmosfer adalah Nitrogen (N2) 78,08%, oksigen (O2) 20,95%, sedangkan yang lainnya kurang dari 1% seperti misalnya argon (Ar) 0,95 %, kabodiokida (CO2) 0,034%, ozon (O3) 0,00006 %, dan lain sebagainya.

Penambahan jumlah komponen udara, bahan kimia, atau makhluk lain ke udara sehingga menyebabkan peranan udara menurun dan membahayakan manusia atau makhluk hidup lainnya. Bahan-bahan pencemar (pollutan) di udara dapat berupa oksida karbon (CO, CO2), oksida nitrogen (NO, NO2), oksida sulfur (SO2, SO¬3), persenyawaan hidrokarbon (CH4, C4H10), bahan organik, partikel bahan padat, (seperti debu, karbon asbes, timbal), bahan cair (seperti asam sulfat, asam nitrat, minyak dan pestisida) dan lain-lain.
Penambahan jumlah O2 di udara dan pengurangan jumlah karbondioksida menyebabkan udara menjadi sejuk. Sedangkan peningkatan jumlah karbondioksida, penurunan jumlah oksigen, menyebabkan suhu udara meningkat, begitu juga dengan gas-gas lain yang di hasilkan oleh kegiatan industri. Peningkatan suhu udara akan memliki dampak negatif terhadap makhluk hidup yang ada pada lingkungannya.
Gas-gas di atmosfer bumi antara lain uap air (H2O), karbondioksida (CO2),metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O),dan lain sebagainya. Dengan gas tersebut sinar matahari yang masuk ke atmosfer akan di serap dan menghangatkan bumi, yaitu memiliki suhu rata-rata 150C sedangkan tanpa gas tersebut suhu bumi bisa mencapai –180C. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi banyak gas buang ke udara seperti misalnya dari industri, kendaraan (transportasi), sehingga jumlah komponen udara bertambah, baik macam maupun jumlahnya. Akibatnya sinar matahari banyak diserap oleh gas tadi sehingga suhu bumi akan semakin panas, yang disebut global warning.
Penambahan karbondioksida (CO), sumber utamanya adalah pembakaran bahan bakar (minyak bumi dan batu bara ) melalui industri, transportasi ,dan kebakaran hutan. Gas buang karbon biasanya dalam bentuk karbon monoksida (CO) yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan .Misalnya pada tanaman akan menghambat kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas, pada manusia menyebabkan kadar Hb dalam darah lebih banyak mengikat CO menjadi COHb sehingga mengurangi pengangkutan oksigen dalam darah.
Peningkatan jumlah CO2 di atmosfer yang menyebabkan tejadinya efek rumah kaca ( green house effect) hingga membuat radiasi sinar matahari yang dipantulkan kembali dari permukaan bumi menjadi tertahan di atmosfer dan suhu bumi menjadi panas. Dampaknya adalah pada tahun 1970 tercatat bahwa suhu permukaan air laut di Lautan Pasifik telah meningkat 0,8 % lebih panas jika dibanding pada masa paruh pertama abad kedua puluh. Arus permukaan laut dengan suhu yang lebih panas yang bergerak dari pesisir Amerika Latin dan Amerika menuju daerah ekuator di Timur Pasifik ini dikenal sebagai EI Nino. EI Nino terakhir berlangsung tahun 1997. EI Nino yang berlangsung dalam periode 2-7 tahunan bagi Indonesia dan Australia diantaranya memberi efek terjadinya kekeringan yang panjang selama musim kemarau dan berkurangnya curah hujan.
Nitrogen oksida bertambah akibat dari pembakaran arang, minyak, gas alam, dan besin, sehingga penambahan gas ini terjadi pada daerah-daerah yang padat penduduk, padat kendaraan, tempat pembakaran pembuangan sampah.
CFC ( Chlorofluorocarbon) yang mempunyai nama merk dagang freon merupakan senyawa buatan manusia yang digunakan sebagai gas pendingin pada lemari es, pendingin ruangan ( air conditioning ), dan gas penyemprot aerosol seperti hairspray, deodoran. Gas tersebut menjadi polutan di udara karena tak dapat terurai dalam jangka waktu yang lama, akan tetapi setelah terkena radiasi ultraviolet pada ketinggian ozon, CFC akan melepaskan atom klorin. Klorin akan mengikat satu atom oksigen dari molekul ozon (O3) sehingga menghasilkan O2. Dengan demikian terjadilah pengurangan jumlah ozon. Ozon menyerap radiasi ultraviolet yang dipancarkan matahari ke bumi sehingga ultraviolet yang sampai ke bumi tidak dalam tingkat yang membahayakan. Radiasi ultravolet tanpa saringan lapisan ozon dapat membakar kulit dan menimbulkan kangker kulit. Dengan berkurangnya lapisan ozon maka radiasi ultraviolet yang menembus bumi semakin besar dan membahayakan kehidupan di bumi.
Atmosfer atau selubung tipis gas yang membungkus bumi, terdiri atas lapisan seperti kulit bawang. Hampir semua (95%) masa udara terdapat pada lapisan paling bawah, yaitu trofosfer yang tebalnya hanya mencapai 17 km di atas pemukaan bumi. Jika bumi kita diibaratkan sebuah apel, maka lapisan trofosfer ini seperti kulit apel.
Komposisi udara kering dan bersih pada lapisan trofosfer dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Komposisi udara kering dan bersih
Gas % Volume ppm
Nitrogen (N2)
Oksigen (O2)
Argon (Ar)
Karbon dioksida (CO2)
Neon (Ne)
Helium (He)
Metana (CH4)
Kripton (Kr)
Hidrogen (H2)
Karbon monoksida (CO) 78,1
20,9
0,934
0,033
0,002
0,0005
0,0002
0,0001
0,00005
0,00001 -
-
-
330
20
5
2
1
0,5
0,1
Gas lain kurang dari 0,1 ppm
Sumber: Kimia 2 SMU tahun 1999 yang diterbitkan oleh PT Erlangga.
Udara pada lapisa trofosfer juga mengandung uap air dalam jumlah yang sangat bervariasi, dari 0,01 % pada gurun yang kering sampai 5% pada daerah yang lembab.

B. Aktifitas Manusia
Aktifitas manusia modern telah menyebabkan gas pencemar dibuang ke atmosfer dalam jumlah jutaan ton setiap tahun. Gas ini meliputi oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang, serta senyawa CFC (chlorofluorocarbons). Gas tersebut berasal dari kendaraan bermotor, aktifitas industri, cerobong pabrik, pembakaran hutan, serta peralatan rumah tangga seperti kulkas, AC, dan obat semprot aerosol.
Beberapa data gas pencemar atmosfer dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2 Gas pencemar dan Sumbernya
Gas Sumber Utama Emisi ke udara
Setiap tahun
(dalam juta ton) Lama tinggal di udara Kadar tahun 1995
CO Pembakan minyak bumi 2.000 6 bulan 0,2 ppm
CO2 Pembakaran minyak bumi
Pembakaran hutan 5,500 100 bulan 350 ppm
NO Pembakaran minyak bumi 50 Beberapa hari 0,05 ppm
SO2 Pembakaran minyak bumi
Pengolahan bijih sulfida 200 Beberapa minggu 0,05 ppm
CFC Kulkas, AC, dan obat senprot aerosol 1 60 tahun 0,003 ppm
Sumber: Kimia 2 SMU tahun 1999 yang diterbitkan oleh PT Erlangga.
Selain mengeluarkan gas pencemar, knalpot kendaraan bermotor juga memuntahkan debu hasil karbon dan logam timbal (Pb) yang beracun.
A. Karbon Monoksida
Pada udara segar, kadar gas CO hanyalah sekitar 0,1 ppm. Akan tetapi knalpot kendaraan bermotor telah melipatgandakan kadar CO di udara. Untunglah cukup banyak mikroorganisme tanah yang mengkonsumsi gas CO, dan lapisan strafosfer menpunyai kemapuan untuk menyerap CO dari lapisan atmosfer yang paling bawah. Lama kehadiran CO di udara adalah sekitar enam bulan. Waktu ini cukup lama bagi CO untuk berperan sebagai pencemar yang beracun, terutama di daerah pusat perkotaan tempat kesibukan lalu lintas sangat tinngi.
Gas CO memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk terikat kuat pada hemoglobin, senyawa kompleks protein-besi dalan darah yang bertugas mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh. Daya ikat hemoglobin terhadap CO 200 kali lebih kuat dari pada terhadap O2.
Hb + O2 → HbO2
Hemoglabin oksihemoglobin
Hb + CO → HbCO
Hemoglobin kaboksihemoglabin
Jika sesorang mengisap udara yang tercemar oleh CO, maka yang diikat oleh hemoglobin adalah CO terlebih dahulu, baru kemudian O2. Jadi apabila CO culup banyak, O2 sedikit terangkut, sehingga tubuh kuta kekurangan O2 untuk metabolisme sel.
Di kota besar yang lalu lintas kendaraannya cukup sibuk, kadar CO di udara mencapai 50 ppm, bahkan di daerah sekitar lampu lalu lintas dapat mencapai 120 ppm. Udara dengan kadar CO lebih dari 100 ppm dapat menimbulkan sakit kepala dan cepat lelah. Udara dengan kadar CO 250 ppm dapat menyebabkan pingsan bagi orang yang menghirupnya. Pada konsentrasi CO 750 ppm , seseorang dapat mati setelah menghirup udara ini selama beberapa jam, dan pada konsentrasi lebih dari 1000 ppm (0,1%) orang akan mati seketika.
B.Karbon Dioksida
Gas CO2 dalam kadarnya yang normal (0,03% volume atmosfer) tidaklah dianggap sebagai zat pencemar. Bahkan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kalaulah tidak ada CO2 di udara tentu tumbuhan tidak dapat berfotosintesis, dan kehidupan di muka bumi terancam punah! Gas CO2 di udara berasal dari pernapasan makhluk hidup, letusan gunung berapi, hasil permentasi, dan hutan yang terbakar.
Di samping sebagai bahan baku fotosintesis, CO2 di udara berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi. Energi matahari yang dipantulkan oleh bumi daam bentuk cahaya infra merah ditangkap oleh molekul CO2 sebelum lolos ke angkasa luar, lalu dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Dengan demikian suhu bumi tetap hangat, ibarat keadaan udara dalam suatu “rumah kaca”. Itulah sebabnya efek CO2 dalam memanaskan permukaan bumi disebut efek rumah kaca atau greenhouse effect. Berkat adanya efek rumah kaca, suhu bumi di malam hari tidak jauh berbeda dengan siang hari.
Efek rumah kaca dalam bentuknya yang alami tentu sangat bermanfaat bagi makhluk di bumi. Akan tetapi dewasa ini pemakaian bahan bakar minyak bumi yang meningkat dari tahun ke tahun telah menyebabkan CO2 di udara meninggi, dan pada gilirannya akan menaikan suhu permukaan bumi. Pada pertengahan abad ke- 19 kadar CO2 di udara hanya 265 ppm. Dengan munculnya industri dan kendaraan bermotor pada abad ke-20, kadar CO2 melejit naik, yaitu 315 ppm pada tahun 1958, dan mencapai 350 ppm pada tahun 1995. Badan perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency, EPA) di Amerika Serikat memperingatkan bahwa jika pemakaian bahan bakar minyak terus meningkat dengan laju seperti sekarang, maka pada pertengahan abad ke-21 suhu rata-rata permukaan bumi akan meningkat sebesar 40C dari suhu yang sekarang. Pemanasan global ini dikuatirkan akan mencairkan es di daerah kutub dan mengubah iklim, yang pada gilirannya dapat membahayakan makhluk hidup secara keseluruhan.
C. Oksida Belerang
Secara alami, oksida belerang di udara berasal dari letusan gunung berapi, hutan yang terbakar, pelapukan organisme, dan sumber air yang mengandung belerang. Akan tetapi jumlah yang berasal dari proses alami ini sangat kecil dibandingkan dengan yang berasal dari aktifitas manusia modern.
Gas SO2 di atmosfer sebagian besar berasal dari pembakaran minyak bumi dan batu bara yang mengandung belerang. Minyak bumi dari Timur Tengah mengandung kadar belerang yang lebih rendah dari pada minyak bumi Asia Tenggara, dan minyak bumi dengan kadar belerang paling tinggi berasal dari Amerika Latin. Sudah tentu minyak bumi yang rendah kadar belerangnya akan lebih mahal.
Gas SO2 di atmosfer juga berasal dari pengolahan bijih sulfida di bidang industri. Dalam suatu industri logam, biaya mereduksi senyawa oksida jauh lebih murah daripada mereduksi senyawa sulfida. Jadi bijih sulfida biasanya diubah dahulu menjadi oksida dengan cara pemanggangan.
2ZnS + 3O2 → 2ZnO + 2 SO2
Udara yang mengandung SO2 dengan kadar cukup tinggi dapat menyebabkan radang paru-paru dan tenggorokan, serta memperparah penyakit asma dan bronkitis. Batas konsentrasi SO2 yang masih diperkenankan dalam udara yang dihirup selama 24 jam adalah 0,14 ppm. Gas SO2 di udara sebagian teroksidasi menjadi gas SO3, yang pada gilrannya akan bereaksi denagan uap air membentuk asam sulfat.
2SO2(g) + O2 (g) → 2SO3 (g)
Reaksi ini berjalan lambat pada fase gas, namun cepat dalam tetesan air. Dalam reksi ini
SO2 (g) + NO2 (g) → SO3 (g) + NO (g)
Terlihat bahwa nitrigen dioksida yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor dapat mempercepat oksidasi SO2.
SO3(g) + H2O (g) → H2SO4 (g)
Asam sulfat yang larut dalam air hujan menyebabkan adanya hujan asam (acid rain) . secara alamiah, air hujan memang bersifat asam (pH 5,5 – 6,0). Akibat kandungan CO2 yang terlarut. Akan tetapi asam sulfat dapat menurunkan pH air hujan menjadi 3-4. Akibatnya timbul pekaratan logam, kerusakan bangunan yang tebuat dari pualam (marmer), dan memudarnya cat pada lukisan dan peralatan-peralatan rumah tangga.
Air hujan yang mengandung asam dapat menbebaskan ion Al3+ yang terikat pada tanah liat. Ion Al3+ ini dapat mendesak mineral yang seharusnya diserap akar tumbuhan, sehingga kesuburan tanah menjadi berkurang. Jika ion Al3+ dalam kadar yang tinggi mencemari air danau, ikan dan hewan lainnya mengalami keracunan.
Al2Si2O5(OH)4 + 6H+ → 2Al3+ + 2SiO2 + 5H2O
Tanah liat
Air hujan yang mengandung asam juga dapat merusak klorofil pada daun, sehingga banyak pepohonan di daerah industri mengalami klorosis (keucatan) dan layu.
D. Senyawa Nitrogen
Jumlah kendaraan bermotor di kota besar telah menimbulkan sejenis pencemaran udara berupa kabut tipis coklat kemerahan, yang dikenal dengan nama smog (gabungan dari kata smoke, “asap” dan fog, “kabut” ). Kota Los Angeles menduduki perngkat pertama di dunia dalam ketebalan smog disusul oleh Denver, Mexico, City, Sydney, dan Buenos Aires.
Smog tersusun dari campuran oksida nitrogen dan ozon dalam kadar yang tinggi. Pada pagi hari tatkala lalu lintas kendaraan mulai sibuk, knalpot otomobil mepaskan gas NO ke atmosfer. Gas NO ini terbentuk dari reksi N2 dan O2, ketika udara memasuki . ruang silinder bahan bakar kendaraan untuk membakar bensin, lantaran suhu yang cukup tinggi dalam ruang tersebut.
N2 + O2 → 2NO
Gas NO yang dilepaskan ke udara kemudian teroksidasi lebih lanjut menjadi gas NO2 yang berwarna cokelat kemerahan.
2NO + O2 → 2NO2
Pada tengah hari, sinar ultraviolet matahari menebabkan sebagian NO2 mengalami penguraian, menghasilkan atom oksigen bebas yang selanjutnya bereaksi dengan O2 untuk membentu ozon ( O3) .
NO2 → NO + O
O2 + O → O3
Campuran NO2 dan O3 inilah yang disebut smog. Kabut ini dapat memerihkan mata dan menyesakan hidung, disamping mengganggu pandangan. Kadar ozon di atas 0,15 ppm jika dihirup terus menerus dapat menyebabkan radang paru-paru. Di samping membahayakan kesehatan, gas ozon juga dapat mengeraskan dan membuat retak bahan dari karet, seperti ban kendaraan bermotor.
Pada sore hari, konsentrasi ozon dan NO2 lambat laun berkurang karena mengalami penguraian.
O3 + NO → NO2 + O2
2NO2 → N2 + 2O2
Jika lalu lintas kendaraan mulai sepi, smog lambat laun menghilang, sehingga udara di malam hari relatif lebih bersih. Esok paginya, proses pembentukan smog di udara akan berulang kembali.
E.Senyawa CFC
Di kalangan para ahli lingkungan hidup, di kenal istilah bad ozone dan god ozone. Jika pada troposfer dekat permkaan bumi ozon tergolong gas pencemar, maka pada stratosfer ( 20-40 km di atas permukaan bumi ) gas ozon justru melindungi bumi dari sinar ultraviolet matahari. Tanpa adanya lapisan ozon di stratosfer, kehidupan di muka bumi tidak mungkin ada, sebab sinar ultraviolet yang berlebihan mampu memusnahkan segenap makhluk hidup! Gas ozon adalah zat pengabsorpsi sinar ultraviolet yang sangat baik. Dengan adanya lapisan ozon di bagian atas atmosfer, yang jumlahnya hanya 1 ppm volume udara, sinar ultraviolet yang sampai ke bumi relatif kecil sekali, sehingga kehidupan kita aman sentosa.
Pada dasawarsa 1960-an , ketika pesawat supersonok mulai digunakan dalam penerbangan umum, para ahli lingkungan mulai mengamati bahwa gas NO yang dibuang oleh pesawat dapat bereaksi denag gas ozon.
O3 + NO → NO2 + O2
Lalu pada dasawarsa1970-an mulai disadari bahwa lapisan ozon di stratosfer makin tipis akibat senyawa klorofluorokarbon yang terlalu banyak dibuang ke atmosfer oleh manusia modern. Tiba-tiba pada tahun 1985 dunia dikejutkan dengan munculnya “lubang ozon” (ozone hole) di atas Antartika.
Senyawa klorofluorokarbon (CFC), terutama freon 11 (CFCI3) dan freon12 (CF2CI2), banyak digunakan sebagai pelarut dalam bidang industri, pembersih alat elektronik, pendingin pada kulkas AC, serta zat pendorong (propellant) pada kosmetika dan alat semprot aerosol.
Senyawa CFC pada mulanya dianggap zat kimia yang ideal, sebab tidak mudah bereaksi dan tidak beracun. Ironisnya, justru sifatnya yang stabil inilah yang menyebabkan senyawa CFC mampu terbang bebas ke lapisan stratosfer. Di sana, sinar ultraviolet akan membebaskan atom Cidari CFC yang mampu mengkatalisis pengurangan ozon.
CF2Cl2 → CF2Cl + Cl
Cl + O3 → CLO + O2
ClO + O → Cl + O2
Pada raksi yang terakhir., atom CI dihasilkan kembali dan siap untuk bereaksi dengan O3 yang lain. Menurut perhitungan, satu atom CI dapat menghancurkan seratus ribu molekul ozon. Berkurangnya lapisan ozon akan menyebabkan makin banyak sinar ultraviolet matahari yang sampai ke bumi. Radiasi ini dapat merusak molekul DNA, menyebabkan penyakit katarak, kanker kulit, dan penurunan kekebalan (immune deficiencies). Seandainya lapisan ozon di stratosfer habis, kehidupan di muka bumi secara keseluruhan terancam punah.
C.Meteorologi
Meteorology adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan gejala-gejalanya, yang terkait dengan komponen bumi yang berupa gas atau brasa disebut udara.
Seringkali kita tidak memungkinkan alas an kenapa cuaca tiba-tiba berubah, dari panas menjadi hujan atau kenapa turun salju dan sebagainya. Hal ini dapat dipelajari dalam bidang meteorology. Tentunya kita mengetahui betapa urgennya pengaruh cuaca dan iklim bagi kehidupan manusia. Contohnya seorang petani menentukan musim panen dengan melihat cuaca dan iklim, pengetahuan ini sudah diketahui sejak lama. Namun, banyak yang tidak dapat menjelaskan hal tersebut secara ilmiah. Dengan adanya ilmu meteorology, hal itu dapat dijelaskan secara logis. Gejala-gejala lainnya seperti putting peliung, angina topan dan sebagainya juga dipelajari dalam bidang meteorology. Tidak hanya mempelajari bencana alam tersebut terjadi, tetapi juga mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menanggulangi dan meminimalisir dampak dari bencana alam yang terjadi.
Lalu bagaimana keterkaitan ilmu meteorology dengan aktivitas manusia. Tentu saja banyak sekali, misalnya dengan pengeahuan para ahli meteorology, maka manusia dapat mendesain bangunan-bangunan dengan kondisi iklimnya sehingga tidak mengganggu keseimbangan lingkungan. Selain itu ilmu meteorology juga dapat dipergunakan untuk memprediksi cuaca.


D.Dampak Yang Ditimbulkan oleh Pencemaran Udara
Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain sebagai berikut:
a.Bahaya bagi kesehatan, tersebarnya penyakit menular, iritasi saluran pernapasan, timbulnya kangker, dan kelainan genetka.
b.Terpenggalnya sistem alami penunjang kehidupan, perubahan iklim dan suhu, berlubangnya lapisan ozon, siklus materi dan energi menjadi terputus, dan hilangnya rantai makanan yang diperlukan bagi kelestarian spesis tertentu.
c.Terganggunya kenyamanan dan estetika, bau yang tidak sedap, mengurangi daya pandang di udara, dan bangunan menjadi berdebu.
d.Ancaman bagi tumbuhan dan hewan, berkurangnya hasil pertanian, pepohonan menjadi layu, dan punahnya beberapa spesies hewan langka.
E.Pengendalian Pencemaran
Pengendalian pencemaran lingkungan dapat dilakukan sesuai dengan jenis gas yang mencemarinya, apakah karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, sulfuroksida, atau emisi partikel sehingga pengendaliannya dapat dibagi dalam beberapa cara berikut
1.Pengendalian Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida disebabkan oleh kendaraan bermotor atau mesin dengan bahan bakar oli dan bensin sehingga penanggulangannya dengan cara:
a.memodifikasi mesin pembakar untuk mengurangi jumlah polutan yang terbentuk selama pembakaran;
b.pengembangan reaktor sistem ekshaust sehingga proses pembakaran berlangsung sempurna dan polutan yang berbahaya di ubah menjadi poluton yang lebih aman;
c.pengembangan substitusi bahan bakar untuk bensin sehingga menghasilkan polutan dengan konsentrasi rendah selama pembakaran;
d.pengembangan sumber tenaga yang rendah polusi untuk menggantikan mesin pembakaran yang ada.
2.Pengendalian Nitrogen oksida (NO)
Nitrogen oksida di hasilkan karena adanya panas pembakaran. Semakin tinggi suhu pembakaran akan semakin banyak di hasilkan nitrogen oksida. Penanggulangannya dengan cara melakukan pembakaran melalui dua tahapan berikut.
a.Resirkulasi gas pembuangan ke dalam ruang pembakaran sehingga akan menurunkan suhu api dan menurut konsentrasi oksigen yang tersedia.
b.Injeksi dengan uap air atau air, akan menurunkan suhu api dan mengurangi produk NO.
c.Untuk menghilangkan NO dari gas buangan adalah dngan menggunakan reaktor katalitik atau sistem absorpsi dan mengubahnya menjadi N2
3.Pengendalian Hidrokarbon
a.Insinerasi, yaitu menguraikan hidrokarbon menjadi karbondioksida dan air dengan cara pemanasan atau dengan alat katalis.
b.Absorpsi, dengan menggunakan karbon aktif sehingga hidrokarbon terikat dan dikondensasi menjadi cairan.
c.Kondensasi, yaitu dengan menurunkan suhu hidrokarbon sehingga menjadi cairan.
4.Pengendalian Sulfur oksida
Dapat dilakukan dengan penggunaan bahan bakar bersulfur yang rendah, substitusi sumber energi lainnya untuk bahan pembakaran, penghilangan sulfur dari bahan bakar sebelum melakukan pembakaran, melakukan penghilangan sulfur oksida dari gas buang dengan menyuntikkan batu kapur ke dalam zona pembakaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Quality advertising. Big traffic. Increase sales. Promote your website. Advertise your product to shoppers.