Rabu

Makrifah


1.      Pengertian makrifah
Menurut al ghazali makrifah yaitu mengetahui rahasia allah dan mengetahui aturan-aturannya tentang segala yang ada. Sedang makrifat menurut Syaikh Ahmad Rifa’i adalah selalu melihat fenomena yang terjadi dialam raya ini serta apa yang terjadi pada dirinya merupakan wujud dari qudrat, irodat dan ilmu dari Allah swt. Dengan demikian yang dimaksud dengan orang yang arifun billah adalah orang yang senantiasa melihat Allah melalui bukti-bukti akan kekuasaan Allah yang tergambar dengan sangat jelas dari lubuk hatinya.
Makrifah juga bias diartikan  mengenal tuhan dari dekat. Mahabbah dan makrifah menggambarkan dua aspek hubungan yang rapat antara hamba dengan tuhan. Mahabbah menggambarkan hubungan dalam bentuk cinta dan makrifah menggambarkan hubungan dalam bentuk pengenalan
2.      Tahapan makrifah
Menurut zun nun al- misri yang dipandang sebagai bapak makrifah, makrifah terdiri dari tiga tingkatan
1.      Makrifah awam
yaitu mengenalnya melalui ucapan syahadat (sebagai pengetahuan)
2.      Makrifah alim
yaitu mengenalnya melalui argumen logis (sebagai pengetahuan)
3.      Makrifah arif
Yaitu mengenalnya melalui hati sebagai makrifat
Makrifah pertama dan kedua merupakan pengetahuan yang bukan hakiki tentang tuhan. Keduanya disebut dengan ilmu dan bukan makrifah. Makrifah dalam arti ketiga itulah baru yang dimaksud dengan makrifah yaitu pengetahuan hakiki tentang tuhan.
Menurut al qusyairi ada tiga alat yang digunakan manusia dalam hubungannya dengan tuhan yaitu qolbu untuk mengenal sifat-sifat tuhan, ruh untuk mencintai tuhan dan sir untuk melihat tuhan.
Tahapan manusia mendekatkan diri pada tuhannya dapat diumpamakan seperti proses kita berdekatan dengan pasangan kita entah istri atau pacar.
Tahap pertama saat kita tidak mengenal siapa pacar kita,kita disibukan dengan urusan yang bukan tentang si dia.Kita masih disibukan dengan aktifitas keseharian kita.
Tahap kedua saat kita baru mengenal si dia namun hanya sebatas mengenalnya.Memikirkan keberadaannya hanya sekedarnya saja.Pikiran kita masih disibukan dengan yang lain.
Tahap ketiga adalah saat kita bukan hanya mengenal namun mengisi hari2 kita dengan berinteraksi dengan si dia.Segala keinginan kita harus selaras dengan keinginannya.
Begitupun dengan tahapan kedekatan manusia dengan Allah.Pada tahap pertama kita belum mengenal akan keberadaan Allah,lalu meningkat pada tahap kedua menjalankan syari'at agama namun masih disibukan dengan urusan duniawi.Menjalankan fiqh islam namun hatinya belum sepenuhnya kepada Allah.
Tahap ketiga adalah tahap makrifat dimana menyatunya kehendak sang khalik pada hambanya.Segala kehendaknya selalu diselarasakan dengan kehendakNYA.Sifat2 terpuji Allah telah mengalir dalam kehidupannya.Kepada hamba2nya yang senantiasa mendekatkan diri kapadaNYA dengan amalan-amalan sunnah sampai Allah pun mencintainya maka jadilah Allah sebagai telinganya yang dia mendengar dengannya, mata yang dia melihat dengannya, tangan yang dia memegang sesuatu dengannya, dan kaki yang dia berjalan dengannya ~hadist qudsi~ (bukan wahdatul wujud karena yang dimaksud disini adalah ilmunya Allah bukan dzat Allah).Inilah tahap makrifat/mengenal Allah itu.
Marifat adalah anugerah Allah yang didasari kasih Tuhan kepada hamba-Nya. Adapun amal ibadah sebagai persembahan hamba kepada Tuhannya
makrifah  pernah dialami oleh Nabi Ibrahim as dalam mengenal Tuhannya: Dan demikian Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah akau termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan[2][2].
Ibrahim as. dapat anugerah marifah kepadaNya dengan melalui perjalanan yang tentunya melelahkan, tetapi hal itu telah diganti dengan rasa nikmat yang besar serta ketenangan yang sangat luar biasa.

Kemudian yang terjadi pada perjalanan Nabi Musa as. dalam mengenal Tuhannya:
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api,
mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu (hawa nafsu & pikiran liar) sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.
Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah , tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku[3][3].
Dan telah Kami janjikan kepada Musa sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam (meminpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.
Dan ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.
(Berdoalah seperti doanya Musa ini).
Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, gunung itu jadi hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. (keadaan Fana fillah).
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman[4][4]. (Bukit & Gunung yang ada pada Diri manusia) Liku liku perjalanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as dalam mencari Tuhannya yang sebenarnya tampak penuh dengan tantangan. Tetapi semua peristiwa yang dialaminya bermuara pada alur bimbingan-Nya, mereka tidak bisa mengelak dari alur itu. Maka itulah yang disebut Anugerah Allah. Sehingga mereka berdua menemukan Ilahul Haq alias Tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah.
4.       CARA BERMAKRIFAT
 Untuk bermakrifat kepada Allah swt. mempunyai dua cara, yaitu:
1)      Dengan menggunakan akal pikiran dan memeriksa secara teliti ciptaan Allah Taala yang berupa benda-benda yang beraneka ragam ini.
2)      Dengan mengetahui nama-nama Allah Taala serta sifat-sifat-Nya.
Dengan menggunakan akal pikiran dari satu sudut dan dengan memakrifati nama-nama serta sifat-sifat Allah dari sudut lain, seseorang akan dapat bermakrifat kepada Tuhan dan ia akan memperoleh petunjuk ke arah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Quality advertising. Big traffic. Increase sales. Promote your website. Advertise your product to shoppers.